Pembentukan PAACLA
18 October 2018
Lokakarya Adaptasi Modul Desain, Monitoring dan Evaluasi (DME)
5 December 2019
Pembentukan PAACLA
18 October 2018
Lokakarya Adaptasi Modul Desain, Monitoring dan Evaluasi (DME)
5 December 2019

Keteguhan dalam membuat Peta Dusun

“Ini cerita tentang masyarakat yang diajak berdiskusi untuk proses pemetaan sosial di desa-desa calon penerima manfaat dari Program KESEMPATAN”

Satu kata untuk menggambarkan proses selama dua hari ini, SALUT! Bagaimana tidak muncul kata itu, bersama para peserta dari 6 dusun, mereka melakukan kegiatan yang menguras pikiran dan kesungguhan hati untuk menyelesaikan sebuah tugas, Peta Dusun.

Ya, peta dusun merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan dalam proses Pemetaan Sosial ini. Kegiatan yang dilakukan untuk melihat kondisi desa dan dusun tempat program KESEMPATAN*, menjadi tugas yang wajib dilakukan agar tim program bersama masyarakat mendapatkan informasi mengenai keberadaan calon penerima manfaat. Peta dusun, menjadi lebih rinci dan njlimet* karena menggambarkan seluruh warganya, mendiskusikan pula kriteria keluarga supaya survei yang akan dilakukan setelah pemetaan ini dapat dilakukan dengan tepat sasaran. Jadi, calon penerima program memang didiskusikan dan dicari yang sesuai kriteria, bukan sekedar menyasar sejumlah keluarga tertentu saja. Inilah yang mendasari mengapa lembaga mitra harus melibatkan peserta dari berbagai unsur di desa dan dusun, supaya mendapatkan informasi yang tepat.

Kegiatan yang dilakukan selama dua hari, 27-28 November 2019, bertempat di kantor Kelurahan Wringintelu, Jember, meliputi 2 desa, yaitu Desa Wringintelu dan Wonosari. Para peserta yang diikutsertakan meliputi, kader posyandu, perwakilan pendidik, perwakilan BPD, aparat desa, kepala dusun dan tokoh masyarakat. Kegiatan yang memerlukan persiapan ekstra karena tidak mudah mencari waktu yang bisa membuat semua pihak yang diundang bisa datang dan memberikan dua harinya untuk ikut bersama-sama meluangkan waktu membicarakan kelompok sasaran untuk program baru ini.

Hari pertama, tugas yang harus dikerjakan meliputi pembuatan Peta Desa dan Kalender Musim. Dua tugas ini bisa diselesaikan dengan waktu relatif singkat. Bekerja dalam kelompok memberikan kemudahan karena peserta mempunyai informasi yang beragam dan mereka cepat membagi peran dalam kelompok. Diskusi dan mempresentasikan hasil selesai dilakukan. Nah, bagian berikutnya itu yang membuat cenat-cenut, betapa tidak, kelompok yang tadinya membahas bersama-sama, sekarang harus membuat kelompok kecil sesuai dusunnya masing-masing. Walhasil, di tiap-tiap kelompok ada 3 sampai 5 orang, dan tugas yang diberikan kali ini adalah membuat Peta Dusun.

Apakah Peta Dusun itu?

Peta Dusun merupakan gambaran wilayah yang lebih detil dibandingkan peta desa yang sudah dihasilkan pada sesi sebelumnya. Kali ini peta akan menggambarkan lebih rinci lokasi rumah warga-warganya. Bukan hanya rumahnya yang digambarkan, tetapi kelompokpun harus mendiskusikan kondisi keluarga itu satu per satu untuk bisa memberikan informasi, keluarga-keluarga mana saja yang tepat untuk menjadi calon penerima manfaat dari program ini. Artinya, kelompok harus membuat titik-titik rumah sejumlah KK yang tinggal di dusun serta mengkategorikan kesejahteraan mereka, serta mendiskusikan, apakah ada anak-anak yang sesuai dengan kriteria calon penerima manfaat. Jadi, terbayang kan kalau tugas ini bisa membuat cenat-cenut peserta?  Kalau belum terasa, sebentar lagi akan saya tuliskan betapa tugas ini memerlukan kecakapan khusus dalam mengingat dan mengenal warga dan kesediaan untuk menggambar dan mendiskusikan secara bertahap.

Komitmen menyelesaikan tugas

Tugas yang dimulai setelah makan siang, dilanjutkan pada hari kedua, berdasarkan kesepakatan akan diselesaikan pada jam 10.00. Rupanya tidak bisa selesai juga, akhirnya kelompok berupaya untuk menyelesaikan sampai jam makan siang.  Semua peserta menunjukkan komitmennya untuk menyelesaikan proses pembuatan peta dusun ini. Ada yang menggambar lokasi rumah, menuliskan rekap nama, memberi warna untuk keluarga yang sudah didiskusikan, merapikan bagian-bagian peta lainnya, semua ikut andil untuk membuat peta yang informatif. Tetapi, walau semua tenaga dan konsentrasi sudah dikerahkan, masih ada 2 kelompok yang belum selesai sampai jam 4 sore. Akhirnya, kegiatan dilanjutkan dengan penjelasan untuk pelaksanaan survei yang merupakan lanjutan dari pembuatan peta dusun ini, sementara dua kelompok lainnya masih terus merampungkan tugasnya.

Perlahan untuk mendiskusikan dengan tuntas

Menggambar kali ini bukan hanya melibatkan warna-warni spidol, tapi juga rasa kepedulian. Secara pelan dan bertahap untuk membuat lokasi rumah sambil mengingat nama kepala keluarga, kondisi keluarga dan mendata jumlah anak dalam keluarga tersebut dan mengecek apakah anak-anak ini bersekolah, atau masuk dalam kategori rentan. Tugas yang tidak bisa disambi, bahkan untuk minum dan makan kudapan saja menunggu selesai membuat blok rumah warga supaya tidak ada yang terlewat digambar dan didiskusikan. Benar-benar proses yang perlahan supaya tuntas tas..tas.  Semua kelompok saya amati, mereka tidak tergoda untuk melompati proses untuk segera selesai. Jika ada peserta yang tidak mengetahui keluarga tertentu, ada saja yang dilakukan untuk memastikan informasi yang mereka tuliskan itu benar. Ada yang membuka buku catatan, menelepon seseorang untuk bertanya dan mendiskusikan dengan sungguh-sungguh, mengingat satu persatu. Sekarang, mari kita bayangkan jika jumlah warga di dusun itu sejumlah 700* KK. Nah, sudah terbayang kerepotan itu. Angka itu merupakan jumlah KK yang saya baca dari hasil rekap dan mencocokkan dengan gambar di kertas plano.

Peta dusun ini merupakan wujud kerja sama yang luar biasa karena melibatkan hati, pikiran juga kesadaran penuh untuk memikirkan yang terbaik untuk anak. Bagaimana para peserta dengan kesadarannya berupaya mencari keberadaan anak-anak yang terlibat melakukan pekerjaan di pertanian. Kalau kami biasa menyebutnya dengan istilah pekerja anak, mungkin beda pemahaman di dalam benak peserta yang hadir. Dari hasil diskusi dengan para peserta, anak-anak itu bekerja karena alasan yang beragam seperti tidak mau sekolah, ingin membantu orang tua, sebagai proses belajar tentang pertanian, kebiasaan untuk melakukan pekerjaan di usia tertentu dan masih macam-macam lagi alasannya.

Peta dusun ini merupakan petunjuk awal yang mengarahkan tim program untuk melihat kondisi keluarga dan anak-anak. Dengan peta ini, langkah berikut yang akan dilakukan adalah mengunjungi keluarga dan melihat secara langsung dan mendata. Kegiatan yang secara bertahap dilakukan untuk meyakinkan diri bahwa keluarga dan anak-anak itulah yang akan diajak berpartisipasi dalam program. Semoga, awal yang baik memberikan petunjuk yang tepat untuk merancang kegiatan yang benar-benar dibutuhkan pekerja anak dan keluarganya.    

Catatan:
*Program KESEMPATAN ini merupakan sebuah program untuk tujuan penanggulangan pekerja anak di sektor pertanian. Rancangan program yang akan dilakukan dalam periode 3 tahun (2019-2022) untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (di beberapa desa terpilih).
*Njlimet: rumit
*Berdasarkan hasil diskusi, jumlah warga di dusun bervariasi, tetapi ada dusun yang mencapai 700 KK.

Tulisan ini pertama kali dipublikasikan di Indonesiana

Penulis: Maria Clara Bastiani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *