Rencana Aksi PAACLA Periode 2021-2024
Rencana Aksi PAACLA Periode 2021 -2024
6 October 2022
Cerita Perubahan “Mengajar Sejarah, Mendidik Generasi Muda”
13 October 2022
Rencana Aksi PAACLA Periode 2021-2024
Rencana Aksi PAACLA Periode 2021 -2024
6 October 2022
Cerita Perubahan “Mengajar Sejarah, Mendidik Generasi Muda”
13 October 2022

Cerita dari Desa Borok Toyang

Kunjungan PAACLA Indonesia ke Desa Borok Toyang disambut meriah oleh segenap warga.

Desa Kami Menuju Desa Layak Anak

Sejak pagi peserta pertemuan tahunan PAACLA Indonesia telah memulai perjalanan menuju Lombok Timur. Sesuai agenda, hari ini mereka akan mengunjungi Desa Borok Toyang, salah satu desa yang didampingi oleh Yayasan Tunas Alam Indonesia (SANTAI), merupakan anggota PAACLA Indonesia di Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Rapat Tahunan PAACLA yang diselenggarakan selama dua hari, yaitu pada 28-29 September di Mataram.   

PAACLA Indonesia saat ini telah berjalan selama empat tahun, masih sangat muda untuk bisa menunjukkan capaian yang diharapkan. Didirikan sebagai wadah kemitraan tiga unsur: pemerintah, sektor bisnis dan organisasi masyarakat dalam rangka menanggulangi pekerja anak pada sektor pertanian. PAACLA sendiri merupakan nama yang disepakati saat deklarasinya, 18 Oktober 2018, yaitu Partnership for Action Against Child Labour in Agriculture. Salah satu tujuan PAACLA Indonesia adalah mempelajari dan membagikan praktik baik dari pihak-pihak yang telah melakukan program aksi bagaimana mencegah pekerja anak di pertanian.   

Desa Borok Toyang yang dituju anggota PAACLA Indonesia berada di Kecamatan Sakra Barat, Kabupaten Lombok Timur, sekitar satu setengah perjalanan menuju titik pertemuan. Beruntung mendapat pengemudi yang mengenal daerah setempat dan menceritakan wilayahnya yang merupakan salah satu daerah di NTB yang menjadi sentra pertanian tembakau. Sepanjang perjalanan kami melihat lahan-lahan yang baru selesai dipanen, begitu penuturannya. Pemandangan ini juga yang kami jumpai sampai ke desa tujuan.

Setibanya di desa, perangkat desa telah bersiap menyambut para peserta dengan sangat ramah dan  dandanan pakaian khas Lombok, sekelompok anak laki-laki, siswa SDN 2 Borok Toyang menyajikan atraksi gendang beleq telah bersiap menabuhkan betep yang mereka bawa. Kepala Desa Borok Toyang dan jajarannya memberikan selendang khas Lombok kepada Koordinator PAACLA Indonesia/Bappenas, perwakilan Kementerian PPPA, Kemnaker, dan sejumlah perwakilan dari perusahaan dan OMS yang berada di barisan depan. Iring-iringan peserta bersama perangkat desa menuju aula kantor desa diiringi musik tradisional. Sambutan yang hangat dan meriah, menyemarakkan suasana. Sambutan penuh senyum dan lambaian tangan para pengiring dan masyarakat desa yang memadati sisi kiri dan kanan jalan menuju kantor desa. Semua nampak bersemangat dan antusias menerima kedatangan rombongan PAACLA Indonesia.

Gendang Beleg, atraksi khas ikut menyemarakkan kunjungan PAACLA Indonesia.

Desa Borok Toyang dipilih sebagai lokasi kunjungan peserta pertemuan tahunan PAACLA untuk  belajar dan berbagi praktik baik dalam penanggulangan pekerja anak. Desa yang sejak 2017 telah memulai inisiasi untuk memajukan isu perlindungan anak, khususnya untuk merespons kasus pernikahan anak dan sampai saat ini terus berbenah dan mengerakkan masyarakat secara mandiri untuk merespons isu-isu anak lainnya. Salah satu persoalan yang desa hadapi adalah pernikahan anak yang cukup tinggi angkanya sebelum desa diintervensi. Berkat pendampingan SANTAI, desa ini merumuskan upaya pencegahan pernikahan anak dengan peraturan desa. 

Desa yang sebagian besar penduduknya (90%) menggantungkan sumber pendapatannya dari  pertanian menjadi salah satu wilayah prioritas untuk didampingi karena pengetahuan masyarakat tentang hak anak dan bahaya pekerjaan di sektor tembakau sangat rendah. Berdasarkan identifikasi tersebut, SANTAI yang menjadi mitra kerja Program Kesempatan memulai proses pendampingan.

Mengenalkan konsep Desa Layak Anak sebagai pendekatan yang partisipatif artinya memberikan ruang bagi masyarakat berperan. Kini ada GTDLA (Gugus Tugas Desa Layak Anak), sebutan bagi para kader yang aktif untuk menyuarakan perlindungan anak, keberadaannya diakui pemerintah desa dan diterima masyarakat setempat. Para kaderlah yang saat ini mendialogkan kepentingan anak kepada warga, termasuk mendorong wadah partisipasi anak dengan dibentuknya Forum Anak Desa. Anak-anak punya organisasi yang memberikan mereka kesempatan bersuara.

Tidak hanya itu, pemahaman bahwa pembangunan desa tidak berhenti pada pembangunan fisik, diyakini betul oleh Kepala Desa, Ahyar Rosyidi. Dana desa dibagi tiga peruntukannya, pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan, saat ini membangun manusia juga sudah menjadi prioritas, jelas Ahyar dalam sambutannya. Tersedia alokasi 20-50 juta setiap tahun untuk pembinaan pemuda dan anak sesuai dengan pos anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Program KESEMPATAN memang hanya bisa menjangkau desa sesuai periode program, akan tetapi pihak pemerintah desa dan kader juga sudah mendorong kerelawanan masyarakat agar bisa tetap melanjutkan kegiatan yang telah berjalan.

Dialog dan tanya jawab selama pertemuan sangat menarik. Anak-anak dari desa lain juga turut hadir dan memberikan testimoni bahwa kehadiran FAD sangat dibutuhkan mereka. Munculnya pelopor-pelapor baru juga membantu penyebaran hal anak kepada teman-teman lainnya, termasuk menyuarakan kebutuhan anak-anak dalam musrenbang.

Seorang anak yang sehari-hari bekerja di pertanian tembakau juga menyampaikan FAD memberikan dia kesempatan mengenal dunia anak. Bertemu dengan anak-anak di luar desa dan memberikan manfaat mengenal potensi dirinya.

Ciput Eka Purwianti dari Kementerian PPPA RI, sangat mendukung keberadaan FAD karena ini sesuai dengan prinsip pemenuhan hak anak yang partisipatif. Selain itu, kegiatan riil yang dilakukan desa sangat mendukung untuk terwujudnya Kabupaten Layak Anak.

Mahatmi P. Saronto selaku Koordinator Nasional PAACLA dan perwakilan Bappenas, memperkuat apa yang disampaikan Ciput Eka Purwanti dengan memberikan challenge kepada anak-anak untuk mengembangkan kemampuan public speaking dalam bahasa Inggris. Kemampuan anak yang bisa ditingkatkan melalui wadah FAD ini. Lebih lanjut, beliau sangat mendukung anak-anak mengembangkan potensinya.

Selain itu, desa yang ternyata cukup besar sebagai pengirim pekerja migran, Mahatmi P. Saronto berharap para pekerja berangkat sesuai dengan prosedur dan pemerintah desa memastikan hak anak-anak yang ditinggalkan tetap terpenuhi.

Peserta kunjungan, Hanum dari STAPA (Jember) bertanya kepada anak-anak tentang apa yang paling menjadi tantangan bagi FAD untuk menjalankan kepeloporannya. Pertanyaan ini dijawab oleh Heri (FAD Boyemare) bahwa kasus pernikahan anak yang masih terjadi sampai saat ini membuat mereka perlu mendapat bantuan dari kader dewasa dan desa untuk membantu sosialisasi dan saat penanganan langsung.

Forum Anak Desa sangat diperlukan, wadah ini menampung aspirasi anak-anak.

Projek yang telah berakhir perlu dipikirkan agar tidak lantas berhenti juga, kekuatiran ini disampaikan oleh Anwar Sholihin (LPKP). Ahyar Rosyidi menyampaikan bahwa desanya tetap akan melanjutkan kegiatan yang telah dimulai dengan hadirnya relawan yang telah bersedia mendidik di pusat-pusat kegiatan. Sebuah program lanjutan juga tengah dipersiapkan, yaitu CERIA, kerjasama dengan AOI di mana salah satu lokasinya akan berada di desa ini.

Pertemuan siang ini membuka wawasan tentang bagaimana mengelola program yang berkelanjutan dan menyadarkan masyarakat, mereka bisa melakukan kegiatan secara mandiri.

Di penghujung diskusi, peserta disuguhkan masakan yang dipersiapkan warga. Prosesi begibung, adat khas Sasak, di mana rombongan para perempuan berbaris dan mengarak sajian makan menuju kantor desa. Keriuhan dan keramaian warga menikmati makanan bersama-sama para peserta kunjungan. Keramahan warga Desa Borok Toyang membuat peserta tak henti-henti berdecak kagum karena dijamu dengan meriah dan menyenangkan. Makan bersama ini juga menjadi ujud syukur dan terima kasih para warga karena alam yang memberikan mereka rezeki sepanjang tahun, termasuk rasa kebanggaan karena didatangi para tamu dari jauh.

Diskusi yang memperkaya pemahaman, kemurahan mereka berbagi sajian santap siang dan kesenangan memenuhi aula kantor desa siang ini.

Selamat menikmati cerita dari desa kami.

Cerita dari Desa Borok Toyang, membagikan langkah nyata dalam penanggulangan pekerja anak.
Ucap syukur dengan mengirimkan makanan, Begibung, khas Sasak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *