Annual Report (2020)
6 August 2021
Exit Strategy Program Kesempatan di Kabupaten Lumajang
9 September 2021
Annual Report (2020)
6 August 2021
Exit Strategy Program Kesempatan di Kabupaten Lumajang
9 September 2021

Antara Tradisi, Regenerasi Petani dan Solusi Penghapusan Pekerja Anak

Mencari Titik Temu Tradisi Pelibatan Anak dalam Pertanian, Regenerasi Petani dan Penghapusan Pekerja Anak di Indonesia

Jakarta, 31/08/2021

Pertanian menjadi bagian penting bagi masyarakat Indonesia, lebih dari 100 juta atau lebih dari 50% penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian.[1] Luasan lahan pertanian menurut data BPS tahun 2019 mencapai 7.46 juta hektar lahan sawah dan 29.35 juta hektar lahan pertanian non sawah dengan berbagai kategori pertanian, yaitu: tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan.

Walaupun pertanian menjadi andalan utama perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat, namun sektor ini juga berkontribusi pada hadirnya pekerja anak. Menilik angka di tingkat global lebih dari 160 juta anak yang bekerja dengan 70% lebih bekerja di sektor pertanian. Kondisi ini juga terjadi di Indonesia, di mana lebih dari 58% pekerja anak ada di sektor pertanian.

Keberadaan pekerja anak di sektor pertanian merupakan sejarah panjang yang dapat dilihat dari beberapa kontek, yaitu bagian dari sebuah tradisi, kebutuhan untuk menyiapkan petani muda/ regenerasi, dan juga didorong kondisi kemiskinan yang membuat anak-anak terpaksa bekerja karena dianggap sebagai sumber daya.  Menurut Mahatmi P. Saronto (Direktur Ketenagakerjaan Bappenas) dalam sambutan pembukaan acara Lokakarya Riset tentang Tradisi Pelibatan Anak dalam Pertanian, Regenerasi dan Penghapusan Pekerja Anak di Indonesia yang diselenggarakan secara daring pada hari Selasa, 31 Agustus 2021, mengatakan bahwa “Regenerasi petani sendiri merupakan isu penting yang harus dibahas karena prediksi di 2045 akan terjadi krisis petani. Kini, profesi petani tidak lagi menjadi pilihan karena dianggap tidak menguntungkan dan tidak memberikan kepercayaan diri bagi mereka yang menjalani pekerjaan ini. Oleh karenanya penting bagi semua pihak ikut berpartisipasi dalam agenda nasional penghapusan pekerja anak, mencermati juga kebutuhan regenerasi petani.”

JARAK yang saat ini sedang mengimplementasikan Program KESEMPATAN tengah melakukan riset yang bertujuan memotret hubungan ketiga elemen, tradisi, regenerasi petani dengan upaya penghapusan pekerja anak di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi pemikiran tentang mempercepat aksi penanggulangan pekerja anak sekaligus menjawab tantangan regenerasi petani.

Riset yang dimulai sejak awal tahun 2021 ini dilakukan oleh peneliti Bagus Yaugo Wicaksono dengan tim Program KESEMPATAN. Lokasi studi meliputi sektor pertanian yang beragam, yaitu di perkebunan sawit di Desa Bekiun, Kabupaten Deli Serdang dan Desa Damak Maliho, Kabupaten Langkat dan pertanian masyarakat di Desa Dawuhan Mangli dan Desa Arjasa, di Jember. Saat ini periset sedang mempersiapkan penyusunan rekomendasi final untuk aksi bersama dalam penanggulangan pekerja anak di sektor pertanian berdasarkan masukan dari berbagai pihak termasuk dalam lokakarya ini.

Lokakarya yang diikuti oleh 42 peserta dari kementerian/ lembaga, sektor bisnis, serikat pekerja dan lembaga pegiat perlindungan anak mendiskusikan juga pentingnya menemukenali batasan pelibatan anak sehingga tidak dianggap melanggar hak anak, perlu identifikasi kerentanan anak terlibat dalam pekerjaan dan langkah intervensi untuk regenerasi petani. Alangkah tidak seimbangnya jika kebijakan yang ada hanya melarang anak memasuki dunia pertanian tetapi tidak disiapkan langkah penyiapan petani-petani di masa datang.

Hasil diskusi kelompok memunculkan pemikiran agar permasalahan pekerja anak ini tidak dianggap sebagai isu yang terpisah dari isu bersama, yaitu Perlindungan Anak. Sebuah pesan yang kuat untuk semua pihak untuk bersama bergerak dan menggali sumber daya untuk mempercepat penghapusan pekerja anak yang sesuai agenda peta jalan Indonesia Bebas Pekerja Anak tahun 2022 yang tinggal beberapa bulan lagi. Pemikiran lain disampaikan peserta lokakarya tentang pentingnya membuat materi pembelajaran agar anak mempunyai gambaran tentang pekerjaan menjadi petani. “Pentingnya imajinasi dari guru dan orang tua agar bisa mengarahkan anak tentang sosok petani yang mempunyai keterampilan” disampaikan peserta dalam sesi pleno.

Disampaikan oleh Pjs Direktur Eksekutif JARAK. Misran Lubis, saat ini angka pekerja anak masih tinggi, meski sudah ada penurunan sesuai dengan riset yang dilakukan oleh ILO.[2] Hal ini tidak untuk membuat pemerhati anak menjadi lengah karena persoalan pekerja anak harus tuntas sejalan dengan tujuan Indonesia Bebas Pekerja Anak.

Kebutuhan untuk mempercepat penyebaran kebijakan pelarangan mempekerjakan anak, model intervensi bagi anak dan pentingnya kordinasi program, menjadi penguat perlunya pendekatan penta helix. Keterlibatan lima aktor, yaitu: pemerintah, OMS, privat sektor, akademisi dan media menjadi salah satu strategi untuk mengatasi pekerja anak. JARAK berusaha menjadi pendorong keterlibatan multipihak untuk mengambil peran dan melakukan aksi sesuai dengan porsinya masing-masing, mengedepankan dialog sosial untuk bisa menjangkau anak dan masyarakat lebih luas.

Model intervensi yang saat ini dikembangkan oleh Program KESEMPATAN menjadi pilot model yang memasukkan unsur kolaborasi berbagai pihak untuk bersama-sama melakukan pencegahan pekerja anak di desa dampingan. Peranan sektor swasta yang juga terus mengedepankan perlindungan anak dalam penerapan Agriculture Labor Practices (ALP) sebagai kode etik bisnisnya juga bisa menjadi praktik baik dalam kontribusi pencegahan pekerja anak.

Kita semua punya peranan dan bisa berkontribusi dengan tujuan roadmap yaitu Indonesia bebas pekerja anak, mendukung pertanian yang maju, modern dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat, serta berkontribusi pada perekonomian nasional.

(Seknas PAACLA Indonesia)

[1] https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=2564

[2] ILO Indonesia, paparan 18 Agustus 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *