Learning Session PAACLA: Membangun Komunikasi untuk Jalin Kolaborasi Program
19 September 2022
Rapat Tahunan PAACLA Indonesia
Semangat Menuju NOL Pekerja Anak di Sektor Pertanian
6 October 2022
Learning Session PAACLA: Membangun Komunikasi untuk Jalin Kolaborasi Program
19 September 2022
Rapat Tahunan PAACLA Indonesia
Semangat Menuju NOL Pekerja Anak di Sektor Pertanian
6 October 2022

Merancang Mimpi Indonesia Bebas Pekerja Anak

Appreciative Inquiry sebagai pendekatan untuk merancang program penanggulangan pekerja anak di Indonesia.
Appreciative Inquiry sebagai jembatan mewujudkan mimpi.

Biasanya yang sering ditanya tentang mimpi atau cita-cita adalah anak-anak, atau seseorang yang sedang merencanakan masa depannya. Kali ini, seorang narasumber, Dwiagus Stepantoro mengajukan pertanyaan kepada peserta webinar Learning Session PAACLA, “Apa yang membuat Anda bersemangat dalam upaya penanggulangan pekerja anak?” Apa yang menjadi mimpi Anda sebagai gambaran situasi ideal terkait dengan kehidupan para pekerja anak?

Pertanyaan ini mengawali sesi webinar dan menjadi bagian dari cara untuk menemukan “api membara” yang membuat para penggerak isu pekerja anak tetap berupaya meski masih menghadapi beragam tantangan besar. Pertanyaan ini merupakan pendekatan bentuk apresiasi terhadap kerja-kerja yang telah dilakukan selama ini.

Appreciative Inquiry (AI) bermakna apresiasi dan penggalian. Selama ini pendekatan Appreciative Inquiry menjadi alternatif untuk perencanaan dan monev (monitoring dan evaluasi) program karena pendekatan lain yang sering digunakan dalam merancang program cenderung berbasis masalah, kegagalan dan membuat pelaksana program kurang maju.

Seringkali dalam implementasi program ditemukan kondisi tim yang lesu. Para pengelola proyek menjadi takut saat akan dievaluasi, dan evaluasi sering  dimaknai sebagai pencarian kesalahan dan kegagalan. Hal ini telah mengubah mood dan persepsi mereka yang selama ini bekerja untuk sebuah tujuan baik.

Kali ini, PAACLA Indonesia mengundang seorang narasumber dengan kekhususan pada bidang monitoring dan evalusi, hadir untuk membagikan pengalamannya dan menyampaikan materi “ Appreciative Inquiry dan penerapannya dalam pengelolaan program aksi.”

Dwiagus Stepantoro merupakan seorang praktisi pembangunan dengan pendidikan latar belakang perencanaan kota dan wilayah (B.Eng.) dan manajemen perkotaan (M.A.). Narasumber yang memiliki ±15 tahun pengalaman dalam pengembangan desain program/proyek, kinerja manajemen, dan evaluasi, serta peningkatan kapasitas di sektor nirlaba/publik pengaturan di Ind

Appreciative Inquiry berangkat dari sebuah pendekatan untuk mengubah manajemen yang ingin memperbaiki cara kerja, proses, mempertajam visi misi dan menerapkan sistem baru. Itulah sebabnya, di awal sesi panyampaiannya, narasumber mempertanyakan apa mimpimu dalam penangggulangan pekerja anak? Bukannya bertanya apa masalah, halangan yang dihadapi dan kegagalan yang selama ini dirasakan.

Pendekatan Appreciative Inquiry merupakan orientasi berpikir yang mengapresiasi pengalaman terbaik yang pernah dilakukan, mengagas apa yang akan dilakukan, tidak terlalu menganalisis masalah. Pendekatan ini malahan memunculkan solusi yang sudah berhasil dari pengalaman sebelumnya. Harapannya dengan metode ini, banyak orang mempunyai energi baru untuk mewujudkan inovasi dalam mencapai tujuan baru.

Ada empat langkah untuk menerapkan Appreciative Inquiry, dikenal dengan 4 D: Discovery, Dream, Desain dan Destiny.   

Discovery, tahap awal ini dapat dipakai untuk bertanya pada diri sendiri dan stakeholder mengenai: apa yang menginspirasi, contoh apa yang bagus, pengetahuan baru dan collective wisdom. Hasil dari discovery ini adalah nilai-nilai baik yang dapat digunakan untuk tujuan yang baru. 

Dream, pada tahapan ini kita diajak untuk bermimpi atau mengajak orang lain untuk bermimpi akan sesuatu, menuju pada tujuan tertentu. Di tahapan inilah kita membangun aspirasi bersama, menyusun tujuan berdasarkan mimpi. Pendekatan AI mengelaborasi mimpi atau situasi ideal yang diinginkan.

Design, dalam tahap ini kita menyusun usulan-usulan dengan memanfaatkan kekuatan yang telah ditemukan, “best practice” dan pengalaman di projek sebelumnya untuk bisa mencapai mimpi tersebut.

Inilah tahapan yang selama ini dikenal dengan merancang logical framework. Tahapan yang menjadi jembatan dari pengalaman sebelumnya untuk mencapat tujuan yang diharapkan.

Destiny, merupakan upaya memastikan sebuah rancangan kerja bisa berkelanjutan. Mimpi sebagai gambaran situasi ideal bisa menjadi mimpi atau fokus bersama.

Mengapa pendekatan ini dibagikan kepada peserta yang bermimpi Indonesia Bebas Pekerja Anak?

Menurut Benedictus Dwiagus Stepantoro, Ketua Umum Indonesian Development Evaluation Community, Appreciative Inquiry ini dapat memperbaiki desain program menjadi lebih relevan, tepat sasaran dan realistis. Selain itu, Appreciative Inquiry diyakini mampu meningkatkan engagement mereka yang bekerja di isu yang sama dan karena berangkat dari sebuah praktik baik kemungkinan kesuksesannya juga lebih baik. Pendekatan baru ini mampu menyemangati dan menggerakkan stakeholder yang terlibat karena mereka merasa dilibatkan dan diapresiasi ide dan upayanya.

Semoga gagasan Indonesia Bebas Pekerja Anak bukan sekadar mimpi, tetapi sebuah tujuan bersama, fokus yang harus dibangkitkan dan digerakkan bersama-sama.

Tim media PAACLA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *