Pelatihan DME Sesi Pertama: Mengenal Konsep Pekerja Anak dan Bukan Pekerja Anak
17 August 2022
Pelatihan DME
Pelatihan DME Sesi Ketiga: Memformulasikan Langkah-langkah Program Aksi
3 September 2022
Pelatihan DME Sesi Pertama: Mengenal Konsep Pekerja Anak dan Bukan Pekerja Anak
17 August 2022
Pelatihan DME
Pelatihan DME Sesi Ketiga: Memformulasikan Langkah-langkah Program Aksi
3 September 2022

Pelatihan DME Sesi Kedua: Manajemen Program Aksi

Siklus Program Aksi Penanggulangan Pekerja Anak
Siklus Program Aksi

Kamis, 18 Agustus 2022, Semangat kemerdekaan RI turut menyemarakkan pelatihan DME sesi kedua. Sejak pagi peserta hadir mengikuti pemaparan materi tentang Manajemen Program Aksi. Kali ini pelatihan difasilitasi oleh Andi Akbar selaku Kepala Seknas PAACLA Indonesia.

Pelatihan kedua ini terdiri dari empat topik yang dibahas: Tahapan Program Aksi, Analisis Masalah, Analisis Tujuan dan Analisis Pemangku Kepentingan. Para peserta diberikan kesempatan untuk membagikan pengalamannya dalam mengelola program penanggulangan pekerja anak. Metode diskusi dan curah pendapat dijadikan pilihan selama pelatihan karena semua peserta bisa menjadi narasumber yang baik untuk belajar.

Selain pengantar materi dari fasilitator, peserta juga belajar melalui studii kasus pekerja anak dari empat sektor sebagai bahan analisis. Berdasarkan kasus tersebut peserta mulai mendiskusikan masalah, tujuan dan merancang strategi untuk melakukan program aksi.

Bekerja untuk tujuan besar dalam penanggulangan pekerja anak memerlukan strategi kunci dan pendekatan. Belajar dari pengalaman OMS memulai rancangan program aksi penanggulangan pekerja anak penting untuk “membawa isu” ke sasaran program. Bahwa isu pekerja anak itu perlu dirasakan sebagai permasalahan bersama agar organisasi masyarakat sipil (OMS) atau lembaga yang akan bekerja untuk isu tersebut bisa diterima oleh kelompok sasaran atau masyarakat setempat. Diungkapkan oleh Lukman Tambusai dari YKAPI, analisis awal sangat diperlukan agar sebelum mengintervensi bisa didapatkan informasi yang cukup tentang pemasalahan yang dihadapi.

Peserta lain juga merasakan masih ada tantangan untuk menentukan mana yang disebut masalah, faktor-faktor yang menyebabkan masalah dan menentukan strategi yang tepat untuk merancang program aksi. Pelatihan yang dilakukan secara online ini juga sesekali menjadi kendala tersendiri. Masalah jaringan menyebabkan beberapa peserta harus keluar masuk dalam mengakses pelatihan ini. Walau demikian, peserta tetap antusias mengikuti pelatihan dan berpartisipasi dalam diskusi yang dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil.

Dalam merumuskan tujuan, Arum Ratnawati selaku manager pelatihan DME ini mengatakan bahwa tujuan besar yang dirumuskan bisa di-breakdown menjadi beberapa tujuan. Ada tujuan-tujuan yang bisa jadi tidak menjadi fokus sebuah lembaga dan cara mengintervensinya dengan pola kemitraan. Hal ini sangat bergantung pada fokus dan sumber daya dari lembaga yang akan menjalankan program aksi.

Andi Akbar dalam penjelasannya memberi kata kunci yang bisa dipakai untuk merumuskan tujuan program aksi. Dalam merumuskan tujuan sebaiknya menghindari bahasa yang bombastis dan terlalu luas. Bahasa tujuan yang disarankan sebaiknya sesuatu yang terukur dan dapat dimengerti bagi siapa saja yang membaca dokumen ini. Dengan demikian tujuan dirumuskan dengan jelas, terukur dan memang menjadi situasi yang diharapkan terjadi dalam implementasi program aksi.

Setelah peserta diberi pembekalan untuk mengenali masalah dan menetapkan tujuan, masing-masing kelompok membahas mengenai strategi yang dipilih untuk mengimplementasikan program aksi. Kelompok dari perusahaan membahas studi kasus pekerja anak di sektor karet. Hasil diskusi mereka menempatkan perusahaan sebagai bagian dari pemangku kepentingan yang mempunyai peranan penting dalam penanggulangan isu ini.

Trisya, peserta dari PT. Maxindo Karya Anugerah menyampaikan hasil diskusi, strategi yang digunakan adalah menggerakkan kemampuan perusahaan secara internal dalam merumuskan kebijakan yang mendukung pencegahan pekerja anak. Selain itu peran penting lainnya adalah memastikan rantai pasok bisnis mereka turut menerapkan aturan yang telah disepakati dan membangun kerjasama dengan komunitas untuk peningkatan kesejahteraan para pekerja. Perspektif dari sektor bisnis ini sangat penting menjadi bagian dari penanggulangan pekerja anak karena mampu menggerakkan banyak pihak dengan pendekatan yang berbeda.  

Pelatihan rutin setiap Kamis yang diselenggarakan selama lima kali ini menekankan pada diskusi dan praktik langsung dalam kelompok kecil. Metode ini diharapkan dapat memberi wadah bagi para peserta menyampaikan gagasan dan mengerjakan tugas secara konsisten.

Salah seorang peserta dari OMS SANTAI NTB, Dodik merasakan proses pelatihan ini harus ditingkatkan dengan pemberian tugas. Dengan begitu, peserta tidak hanya mendengarkan paparan tetapi juga dapat mempraktikkan secara langsung bagaimana menganalisa situasi pekerja anak dari kasus-kasus yang diberikan.

Di setiap akhir pelatihan ini para peserta diberikan tugas untuk dikerjakan secara berkelompok. Kali ini empat kelompok diberi penugasan untuk merancang program aksi dengan menggunakan materi yang telah dibahas. Semoga pelatihan DME ini memberikan pengetahuan bagi para peserta sekaligus menjadi ajang pembelajaran bersama.

(Tim Media PAACLA)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *