Penanggulangan Pekerja Anak di Perkebunan: Pentingnya Membagi Peran dan Mendorong Koordinasi yang Efektif
14 July 2022
Rapat Tengah Tahun 2022: Kontribusi PAACLA Indonesia dalam Pencapaian Tujuan SDG’s
28 July 2022
Penanggulangan Pekerja Anak di Perkebunan: Pentingnya Membagi Peran dan Mendorong Koordinasi yang Efektif
14 July 2022
Rapat Tengah Tahun 2022: Kontribusi PAACLA Indonesia dalam Pencapaian Tujuan SDG’s
28 July 2022

Pengalaman Pertama: Menegangkan, Menyenangkan dan Membanggakan

(Berbagi kisah diskusi anak-anak dari ruang Tidore saat Konferensi Nasional 2022)

Perwakilan anak menyampaikan hasil diskusinya kepada peserta Konferensi Nasional

Selasa malam (28/06) terlihat rombongan peserta Konferensi Nasional 2022 mulai berdatangan Hotel Aryaduta Jakarta. Ini pengalaman pertama bagi Forum Anak Desa (FAD) asal wilayah Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan beberapa delegasi peserta anak dari PT Wilmar menginjakkan kaki ke Jakarta dengan pesawat terbang untuk menghadiri konferensi tersebut. Terdengar celetuk dari Sibyan (16) peserta asal Lombok Tengah karena jenuh saat menunggu pesawatnya delay. Namun dibalik kejenuhannya itu, kontingen Lombok Tengah ini berkesempatan bertemu dan swafoto bersama Jusuf Hamka dan Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono. Kesan lainnya juga didapati dari peserta anak PT Wilmar asal Kubu Raya Kalimantan Barat, Decha (14) yang sangat terkesan melihat piano yang terpampang di sudut ballroom kegiatan. Baginya, piano tersebut terlihat sangat cantik dan elegan penempatannya. Lain lagi dengan Eva (17) peserta anak asal Jember Jawa Timur yang terhipnotis dengan simbol ikonik Jakarta, ondel-ondel yang berdiri di muka pintu hotel. Tidak berhenti di sini, beberapa kontingen anak sudah memanfaatkan waktunya untuk mengunjungi tempat kebanggaan Jakarta seperti Monumen Nasional (Monas), Gereja Katedral dan tempat lainnya Tentu perasaan yang tidak tertandingi karena dapat melihat indahnya Jakarta malam hari.

Waktu malam kian larut, anak-anak bergegas tidur karena besoknya merupakan hari yang dinantikan. Seluruh kontingen anak berkumpul di ballroom hotel dan mengikuti rangkaian kegiatan Konferensi Nasional 2022. Selepas itu, kelompok anak yang terdiri dari 17 orang ini beranjak dari ballroom dan berpindah ke Aula Tidore  untuk melakukan curah pendapat dan diskusi lebih dalam tentang Perlindungan Pekerja Anak. Tidak disangka hadir juga dua pengurus Forum Anak Nasional (FAN) turut membersamai peserta lainnya. Terlihat canggung di awal sesi karena hanya beberapa orang yang memberanikan diri bertegur sapa. Beberapa menit berselang, suasana berubah menjadi lebih dekat dan hangat. Seluruh peserta bertegur sapa terhadap sesama, namun tidak satu orang-pun yang dapat mengalihkan pandangannya pada satu peserta termuda di ruangan itu, Dzaki (11). Ia merupakan peserta anak yang berangkat dari Kalimantan Barat yang setelah diketahui orang tuanya merupakan pekerja di kebun sawit PT Wilmar. 

Membuka sesi pertama, Dodik Sukmayanto  (30) mengajak peserta anak menyepakati kontrak belajar agar jalannya kegiatan kondusif, termasuk kesepakatan forum memilih Dzaki sebagai ketua kelas di forum ini. Lebih jauh fasilitator Dodik mengajak peserta anak untuk memetakan situasi dan kondisi pekerja anak di wilayah masing-masing. Berbagai alat tulis seperti crayon, pulpen, spidol dan kertas dijadikan sebagai media mengutarakan apa yang dilihat, diceritakan bahkan dialami anak saat menjadi pekerja anak. Goresan pena di atas kertas ini menjadi saksi kepekaan anak terhadap lingkungannya. 

Hasil diskusi pemetaan situasi dan kondisi pekerja anak ditutup dengan pemaparan di hadapan peserta lainnya. “…haa berabok itu apa?” terdengar pertanyaan dari peserta pada kelompok Lombok saat menjelaskan keterlibatan anak sebagai pekerja pada tahap pemupukan tembakau. Rupanya dalam tahap pemupukan ini anak sangat rentan terkena iritasi karena terpapar pupuk kimia. Tanpa disadari diskusi ini berjalan cukup panjang karena mendapat banyak respon dari peserta lainnya. Berikutnya jamuan makan siang sudah tersaji menunggu tuannya, peserta anak dengan lahap makan siang bersama. 

Kondisi perut kenyang menambah energi peserta anak kembali mengikuti sesi diskusi kedua bersama Rizki Nurhaini (30) pada bahasan rekomendasi kebijakan dalam upaya penghapusan pekerja anak. “…siapa di sini yang suka rujakan?” Rizki Nurhaini melempar pertanyaan pertamanya pada peserta anak. Sontak peserta menjawab serentak, “suka bu!” Rupanya fasilitator ini membagi peserta anak berdasarkan kelompok masing-masing seperti Pemerintah Daerah/Pusat, Pemerintah Desa, Orangtua dan Anak itu sendiri. “..abot iki lek gae pemerintah (berat ini kalo buat pemerintah)”, terdengar keluhan dari peserta. Di kelompok anak terlihat berbeda, ini seperti bagian refleksi terhadap dirinya sendiri. “.. anak juga harusnya juga bisa pilah-pilih pergaulan nggak si biar terhindar dari pergaulan yang ga bener.”  Sementara seruan berbeda berasal dari kelompok Pemerintah Desa yang secara tidak sengaja pesertanya adalah pengurus Forum Anak Desa (FAD), dengan yakin mereka tulis, “Pemerintah Desa itu harus semakin gencar buat sosialisasi larangan pekerja anak, bisa lewat Perdes juga.” 

Setelah terisi penuh kertas planonya, Kiki kembali memusatkan perhatian peserta anak dengan memberikan simpulan dan apresiasi atas segala bentuk usulan rekomendasi dari mereka untuk memberikan perlindungan dalam upaya pengurangan pekerja anak di Indonesia. Merekam catatan dan pengalaman peserta anak pada sesi kedua ini dapat dijadikan bentuk dukungan dan keinginan anak agar pekerja anak di Indonesia semakin berkurang.

Tidak berhenti pada proses diskusi tadi, usulan rekomendasi ini dipastikan dapat dibaca dan diketahui secara luas, Indah Fitria Annisa (23) bersiap menghimpun usulan tersebut melalui “Suara Anak Indonesia”. Dalam isinya termaktub keinginan peserta agar Indonesia dapat terbebas dari bentuk-bentuk pekerja anak. Berbaris di hadapan seluruh peserta Konferensi Nasional 2022, Hafidz (14) sebagai delegasi dari PT Wilmar mengomando pembacaan Suara Anak Indonesia yang kemudian disusul oleh peserta anak lainnya.

Untuk melengkapi dan meramu berbagai rekomendasi bagi konferensi nasional selanjutnya, ditunjuklah dua perwakilan anak yaitu laki-laki dan perempuan. “..perasaannya campur aduk, satu sisi senang dan bangga tapi juga takut melakukan kesalahan, apalagi di hadapan banyak orang.” ujar perwakilan anak. Kekhawatiran tersebut kemudian terbantahkan karena nyatanya rekomendasi dari peserta anak dinilai sangat konstruktif untuk pengambilan kebijakan di kemudian hari. Di penghujung sesi tidak ketinggalan mengabadikan momen kebersamaan dengan melakukan flashmob dan foto bersama yang menandakan berakhirnya kegiatan Konferensi Nasional 2022.  (PSP)

17 anak hebat yang berani menyuarakan kebutuhan mereka dan mendukung “STOP Pekerja Anak”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *